Berikut
berbagai reaksi yang diambil dari selayang pandang “Kehidupan Digital pada
2025.”
Informasi
Tak Kasat Mata
David Clark,
ilmuwan senior Massachusetts Institute of Technology: “Kian banyak peranti yang
akan memiliki semakin banyak pola unik komunikasi, ‘jejaring sosial’ sendiri,
yang bermanfaat dalam membagi dan mengumpulkan informasi serta melakukan
kendali dan aktivasi otomatis. Semakin banyak manusia berada dalam lingkungan
yang pengambilan keputusannya dilaksanakan oleh seperangkat peranti yang saling
bekerja sama. Internet (dan komunikasi melalui komputer secara umum) akan lebih
meluas tapi tak terlalu kentara. Segala aktivitas kita akan tersangkut
Internet.”
Pendidikan
Merata
Hal Varian,
kepala ekonom Google: “Dampak terbesar [Internet] bagi dunia adalah akses luas
terhadap pengetahuan manusia. Orang terpintar di dunia saat ini mungkin
terpaksa membajak sawah di India atau Cina. Membuat dirinya dan jutaan
lain yang bernasib sama dapat mengakses Internet akan berdampak besar
dalam sejarah peradaban manusia. Perangkat bergerak yang murah akan tersedia di
seluruh dunia, dan sarana pendidikan seperti Khan Academy akan dapat dijangkau
semua orang. Efeknya terhadap melek angka dan melek hurup akan sangat besar.
Akibatnya, penduduk dunia akan menjadi lebih terdidik dan melek informasi.”
Hari-hari
Suram
Llewellyn
Kriel, direktur utama TopEditor International Media Services: “Semuanya –
segala hal – akan tersedia secara daring dan berbayar. Terorisme Internet akan
menjadi hal umum. Privasi dan kerahasiaan data pribadi jadi masalah usang.
Penyakit daring — mental, fisik, sosial, kecanduan — akan menyebar dan
mengganggu banyak keluarga dan kelompok masyarakat. Perpecahan akibat Internet
akan membesar dan memburuk sehingga negara atau organisasi dunia seperti
Perserikatan Bangsa-bangsa takkan mampu menanggulanginya. Masyarakat dunia pun
akan terbelah antara negara kaya dan miskin. Perusahaan dunia akan
mengeksploitasi polarisasi itu. Jejaring bandit digital akan menjadi tren.
Terorisme, baik secara berkelompok maupun sendiri-sendiri, menjadi hal biasa.
Dunia akan semakin tak aman. Kecakapan dan wawasan pribadi belaka yang akan
menjadi juru selamat.”
Absennya
Kesiapan Geopolitik
Randy
Kluver, profesor komunikasi Texas A&M University: “Aspek paling terlupakan
dari dampak tersebut menyangkut Internet dari sudut pandan geopolitik. Belum
banyak ahli yang menitikberatkan perhatian pada masalah itu. Namun, pertumbuhan
media digital menjanjikan retaknya hubungan antarnegara secara signifikan.
Beberapa hal terpenting di antaranya perkembangan gerakan/aktor politik yang
sifatnya multinasional, maraknya negara virtual, dampak upaya diplomasi
digital, peran informasi dalam menggerogoti hak istimewa negara (pikirkan Wikileaks),
dan…perkembangan konflik di ranah maya (secara simetris maupun asimetris).”
Ancaman itu
menurut para pakar cukup beralasan. Sebab, konglomerat media telah
berkonsolidasi dan fenomena belakangan para ISP justru yang menjadi penyedia
konten yang sebenarnya. Dengan penguasaan konten, para ISP bisa
mengondisikan konten apa yang dikonsumsi orang dengan dasar motif keuntungan
dan kompetisi.
Sementara
itu, perhatian terakhir para ahli yakni soal meledaknya data dan informasi yang
beredar. Dipadu dengan tumbuhnya ponsel pintar dan media sosial makin membuat
pengguna makin candu dengan gadget dan perangkat mereka.
Kondisi ini
mengkhawatirkan, sebab kasus kecanduan di internet telah membuat anak-anak
sekolah lupa dengan kewajiban belajar mereka. Bahkan, orang tua di Tiongkok
terpaksa mengirim anak mereka dalam bootcamp ala militer, untuk
menangani problem kecanduan internet dan game online. (art)
Kemajuan
teknologi informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan internet pada
hakikatnya telah memunculkan dua hal yang kontras. Ibarat pedang bermata dua,
di satu sisi, internet berperan signifikan bagi perkembangan masyarakat, baik
secara ekonomis maupun sosiologis. Di sisi lain, internet juga telah memicu
maraknya pornografi, pelanggaran hak cipta, dan berbagai transaksi ilegal
berbasis internet lainnya.
Namun harus
diakui, internet juga telah mendorong akselerasi perekonomian di berbagai
belahan dunia. Ini dimungkinkan karena secara fungsional (lewat
program e-government, e-procurement, e-commerce, dan berbagai
aplikasinya), internet dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan
perekonomian dan pemerintahan.
Internet
memang merupakan kemajuan peradaban manusia yang fenomenal. Dengan internet,
aktivitas manusia sekarang sudah tidak bisa dibatasi dengan ruang dan waktu.
Segala bentuk informasi yang disampaikan lewat internet dapat diakses di
mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Lebih dari itu, teknologi internet
juga terbebas dari berbagai birokrasi atau pembatas.
Tak pelak
lagi, dengan keunggulan seperti itu internet pun akhirnya menjelma menjadi
media yang sangat efektif dalam menunjang pembentukan sebuah komunitas. Dengan
kata lain, perkembangan internet lambat laun bukan lagi sekadar tren, melainkan
telah berubah menjadi suatu kebutuhan.
Sebuah studi
dari Pew Internet & American Life Project juga memperkirakan bahwa kemajuan
teknologi informasi (internet) akan berdampak signifikan terhadap perubahan
sosial, politik dan ekonomi di masa mendatang. Temuan ini merupakan hasil riset
terhadap 742 responden melalui internet, yang melibatkan berbagai praktisi
internet, pengamat, konsultan, lembaga pusat informasi serta jurnalis yang
sudah terkenal. Di antara mereka ada Yahoo, France Telecom, International
Telecommunication Union (ITU), Qualcomm, Harvard University, CNN, Adobe
Systems, Forrester Research, dan Singapore Internet Research.
Pandangan
mereka tentang dampak internet terhadap kehidupan sosial, politik dan ekonomi
di tahun 2020 nanti memang beragam. Namun, umumnya mereka setuju bahwa
teknologi itu akan berkembang. Pandangan mereka mengenai kemajuan teknologi ini
merupakan jawaban dari tujuh skenario yang disusun Pew Internet & American
Life Project tentang dampak perkembangan internet di masa mendatang.
Perkembangan
Jaringan global
Mayoritas
responden setuju dengan skenario yang menyatakan bahwa jaringan global berbiaya
rendah akan berkembang di tahun 2020 serta mudah didapat oleh sebagian besar
masyarakat dunia. Mereka pun setuju bahwa penggelaran teknologi tersebut
membuka peluang untuk keberhasilan banyak orang dalam berkompetisi secara
global.
Namun
minoritas responden mengatakan tidak yakin akan adanya iklim kebijakan yang
mendukung berkembangnya internet. Menurut mereka, pusat kekuasaan bakal menjaga
kepentingan-kepentingan mereka saat ini dengan menelurkan kebijakan yang
mengendalikan informasi dan komunikasi.
Kendali
manusia dengan teknologi
Kebanyakan
responden mengatakan bahwa manusia akan tetap mengendalikan teknologi baik
sekarang maupun di tahun 2020 nanti. Kendati demikian, ada kekhawatiran
terhadap kemajuan teknologi yang pada akhirnya akan menciptakan mesin dan
proses yang melebihi kendali manusia. Yang lainnya mengatakan, mereka khawatir
bahwa kemajuan teknologi akan disalahgunakan.
Keterbukaan
vs privasi
Ada harapan yang
berkembang luas bahwa orang secara sadar atau tidak sadar ingin lebih terbuka
tentang dirinya. Dengan cara itu mereka akan mendapatkan banyak manfaat
walaupun secara privasi mereka akan banyak kehilangan. Dalam pandangan mengenai
apakah dunia akan lebih baik dengan adanya keterbukaan dari individu atau
lembaga, responden terbelah menjadi dua. Tercatat 46% dari mereka setuju adanya
manfaat lebih banyak dengan melakukan transparansi, baik dari individu maupun
lembaga. Sebaliknya, 49% dari mereka ini tidak setuju dengan pandangan
tersebut.
Pihak-pihak
yang kontra terhadap teknologi
Sebagian
besar responden setuju bahwa masih ada orang yang belum terhubungkan dengan
internet karena keterbatasan ekonomi; serta orang yang melakukan kontra
terhadap kemajuan teknologi yang akan muncul di tahun 2020. Mereka ini akan
membentuk komunitas sendiri yang terpisah dari masyarakat modern, dan mereka
akan melakukan aksi sebagai protes terhadap teknologi. Di lain
pihak, banyak responden yang tidak setuju bahwa kekerasan lebih banyak muncul
karena konflik agama, ekonomi atau politik.
Memaksakan
atau “bergantung” pada dunia virtual
Banyak
responden setuju bahwa negara yang masyarakatnya terhubungkan dengan internet
akan menyediakan waktu lebih untuk membentuk dunia yang terhubungkan dengan
jaringan. Hal ini akan menumbuhkan produktivitas dan menciptakan banyak
manfaat. Namun, bagi beberapa pihak, hal itu akan menimbulkan ketergantungan.
Ternyata, pandangan seperti itu cocok bagi sebagian responden. Akan tetapi,
responden lainnya menilai pandangan itu kurang cocok.
Inggris
menjadi bahasa online
Banyak
responden mengatakan bahwa mereka menerima pandangan yang menyatakan kelak
bahasa Inggris menjadi bahasa dunia untuk berkomunikasi secara online.
Meski demikian, bahasa Inggris tidak akan menggantikan bahasa lain dalam
aktivitas seharian.
Di sisi
lain, sebagian besar responden menekankan bahwa keragaman bahasa adalah hal
yang baik. Mereka juga melihat internet akan memberi kesempatan untuk
berkembangnya bahasa sesuai dengan kulturnya. Sementara, responden lainnya
mengatakan bahwa bahasa akan berkembang seiring berjalannya waktu. Begitu pun
dengan perkembangan internet yang didukung dengan perubahan jaman.
Prioritas
pengembangan
Di masa
datang, membangun kapasitas jaringan dan menyalurkan pengetahuan tentang
teknologi untuk membantu mereka yang belum memakai jaringan adalah dua hal yang
menjadi prioritas mereka. Hal ini dikemukakan oleh 78% responden tentang
prioritas mereka dalam pengembangan dana dan waktu di masa depan dalam
kaitannya dengan jaringan internet.
Dalam buku
tersebut, kedua “global thinker” itu berkolaborasi memaparkan visi-visi mereka
tentang masa depan. Dalam satu kalimat, dunia masa depan menurut mereka
adalah sebuah dunia di mana orang-orang saling terhubung—dunia yang penuh
dengan tantangan dan membuka banyak kesempatan bagi setiap orang. Schmidt
dan Cohen menggabungkan pengetahuan dan pengalaman mereka untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan pelik tentang masa depan.
Contohnya,
kekuatan siapakah yang lebih besar di masa mendatang—sebuah negara atau
warganya? Akankah teknologi mempermudah atau mempersulit teroris dalam
melakukan aksinya? Ketika orang-orang telah terhubung melalui internet,
perubahan apakah yang akan terjadi dalam perang, diplomasi, dan revolusi di
masa depan? Lalu, bagaimana teknologi dapat membantu membangun masyarakat?
Perkembangan
teknologi kembali membawa kemungkinan menakjubkan. Sebuah teknologi bernama
‘Grid’ diklaim 10.000 kali lebih cepat daripada
koneksi broadband internet yang ada sekarang. ‘Grid’ pun
digadang-gadang akan menggantikan internet di masa depan.
‘Grid’
disebut mampu mengunduh video film hanya dalam hitungan detik. Memang sulit
dipercaya, namun ‘Grid’ ini dibesut oleh CERN, pusat penelitian ilmiah
terkemuka Eropa yang dulu juga berjasa amat besar dalam mengembangkan World
Wide Web.
Teknologi
‘Grid’ juga diklaim mampu mengirimkan gambar kualitas sangat tajam dengan
cepat, game online secara bersamaan dengan jutaan pemain serta video telepon
dengan ongkos murah.
David
Britton, profesor di Glasgow University yang memimpin penelitian menyatakan,
‘Grid’ bisa mengubah kehidupan masyarakat. Dengan kekuatan teknologinya,
generasi masa depan akan berkomunikasi dengan cara yang tak terbayangkan oleh
generasi masa kini.
Untuk
awalnya, kecanggihan teknologi itu akan dipertunjukkan tak lama lagi dalam
menginvestigasi terjadinya alam semesta. Adapun jaringan awal terdapat di
berbagai negara termasuk Inggris, Amerika dan Kanada, yang terhubung dengan
laboratorium CERN.
Sampai saat ini menurut CERN, sebanyak 55.000
server telah dimanfaatkan dalam pengembangan ‘Grid’, dengan perangkat fiber
optik dan routing tercanggih. Kita tunggu saja apakah benar ‘Grid’ nantinya
memang akan merevolusi pemakaian internet.
No comments:
Post a Comment